Selasa, 20 Desember 2016

Essay Beasiswa Spesialis LPDP Sukses Terbesar



Sukses Terbesar dalam Hidupku


Setiap orang memiliki definisi yang berbeda tentang arti kesuksesan. Ada yang  mengaitkannya dengan pencapaian materi, jabatan dan mungkin popularitas. Tidak ada yang salah tentang ragam paradigma sukses tersebut. Akan tetapi hati kecil saya merumuskan kesuksesan dalam definisi yang berbeda. Menurut saya, jika jabatan adalah sebuah kesuksesan, maka Fir’aun bisa dikategorikan sebagai manusia paling sukses, karena semua orang di masanya begitu mendewakannya, hingga menganggapnya sebagai Tuhan. Akan tetapi jabatan tinggi itu yang pada akhirnya menjadi cikal bakal kehancuran Fir’aun hingga menenggelamkannya ke dasar Laut Merah. Jika sekiranya harta yang melimpah adalah lambang kesuksesan, maka menurut saya Qarun adalah manusia paling sukses sepanjang sejarah manusia. Jumlah hartanya tak terhitung banyaknya. Tapi kemelimpahan harta telah menuntun Qarun menjadi orang yang sombong hingga menenggelamkannya ke dalam tanah beserta harta-hartanya. Dan jika sekiranya popularitas adalah kesuksesan paling berharga, maka bisa jadi Michael Jackson adalah salah satu nominatornya. Akan tetapi sejarah juga merekam dengan apik akhir cerita dari artis papan atas dunia tersebut. Beliau menutup karirnya dengan kisah yang kurang sedap kita cerna.
Bagi saya sukses itu adalah saat dimana saya bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Saat dimana saya mampu melukis senyuman orang-orang sekitar. Sederhananya definisi sukses itu saya formulasikan dalam sebuah cita-cita :  “Mari kita buat Indonesia tersenyum”. Sekalipun itu hanya ide dan aksi yang faqir makna dan apresiasi, tapi jika mampu berkontribusi untuk senyuman Ibu Pertiwi, itulah kesuksesan yang saya pahami.
Salah satu pencapaian yang saya nilai sebagai kesuksesan terbesar yang pernah saya raih adalah bisa menjalani kegiatan internsip di pulau perbatasan paling utara bumi Khatulistiwa. Kegiatan internsip merupakan sebuah kegiatan yang diselenggarkan oleh Kementrian Kesehatan RI sebagai sebuah tahapan yang harus dilalui oleh setiap fresh graduates dokter Indonesia untuk meningkatkan keterampilan medis. Pada program internsip setiap dokter yang telah lulus uji kompetensi lebih diutamakan untuk menjalani kegiatan internsip di provinsi asal universitasnya, namun juga diberikan kesempatan jika ingin menjalaninya di luar itu. Maka dengan semangat garuda dan darah merah putih, saya memantapkan hati untuk mengabdi di Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK). Alhamdulillah Allah mengabulkan doa tersebut dengan memberikan kesempatan mengabdi di Kepulauan Natuna.
Selama di Natuna saya bisa menyaksikan dengan dekat dinamika kehidupan perbatasan Ibu Pertiwi. Tentang pendidikan mereka, tentang kesehatan, sosialekonomi, agama, budaya, nasionalisme, hukum, keamanan dan dimensi lainnya. Kesimpulannya adalah bahwa mereka tidak seberuntung masyarakat kota. Terbatasnya akses pendidikan, layanan kesehatan dan mobilitas. Kurang tercukupinya kebutuhan pangan dan sandang serta harganya yang relatif tinggi. Belum lagi masalah nasionalisme yang untuk sebagian penduduk masih relatif labil, yang menurut mereka bergabung ke negara tetangga terasa akan lebih sejahtera.
Walau bukanlah perubahan—perubahan besar, tapi saya yakin bahwa sekecil apapun ide dan perbuatan, tetap saja dia adalah kepingan kerikil yang memiliki peran dalam menyusun rumah peradaban. Alhamdulillah selama internsip Allah berikan kesempatan untuk bisa menebar banyak manfaat di Natuna. Selain terlibat aktif dalam berbagai kegiatan kesehatan, saya juga menjadi guru bimbingan belajar  SD, SMP dan SMA serta sering melakukan kegiatan pembinaan karakter kepada pemuda disana. Menurut saya investasi terbaik untuk generasi bangsa ini adalah pendidikan/ilmu pengetahuan. Maka dengan segala keterbatasan, saya selalu berusaha agar bisa berkontribusi aktif dalam dunia pendidikan. Menjadi penceramah agama di beberapa masjid di Natuna juga saya lakoni dan bahkan saat Ramadhan diberikan kesempatan menjadi salah seorang narasumber tetap pemberi taujih harian menunggu waktu berbuka puasa di RRI Natuna. Untuk meningkatkan semangat kebangsaan masyarakat, saya juga aktif dibeberapa kegiatan masyarakat, salah satunya adalah club sepeda. Lewat klub sepeda ini kita mencoba membangun kecintaan akan keindahan negeri. Dalam rangka HUT kemerdekaan RI ke-70 saya dipercaya memikul bendera Merah Putih raksasa dan mengibarkannya di puncak tertinggi perbatasan paling utara bumi khatulistiwa – Puncak Gunung Ranai, Kepulauan Natuna. Kegiatan ini didukung dan dilepas langsung keberangkatannya oleh Komandan Pangkalan Militer TNI AL Natuna beserta Bupati Natuna dan jajarannya.
Banyak hal yang ingin saya tuliskan disini. Akan tetapi karena keterbatasan penulisan, cukuplah semuanya saya simpulkan dengan ucapan terimakasih. Terimakasih kepada rakyat Natuna karena telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyapa dan berinteraksi lebih dekat. Bagi saya, sukses terbesar adalah saat diri ini bisa bermanfaat bagi orang lain. Saat saya mampu melukis senyuman orang sekitar. Wahai generasi muda. Salam semangat dan perjuangan untuk kita semua. Kelak, bangsa ini akan semakin sadar bahwa kita adalah bagian dari generasi yang dinanti-nantikan. Merdeka...!!!. Jaya Indonesia....!.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar