Sukses Terbesar dalam Hidupku
Setiap
orang memiliki definisi yang berbeda tentang arti kesuksesan. Ada yang mengaitkannya dengan pencapaian materi,
jabatan dan mungkin popularitas. Tidak ada yang salah tentang ragam paradigma
sukses tersebut. Akan tetapi hati kecil saya merumuskan kesuksesan dalam
definisi yang berbeda. Menurut saya, jika jabatan adalah sebuah kesuksesan,
maka Fir’aun bisa dikategorikan sebagai manusia paling sukses, karena semua
orang di masanya begitu mendewakannya, hingga menganggapnya sebagai Tuhan. Akan
tetapi jabatan tinggi itu yang pada akhirnya menjadi cikal bakal kehancuran
Fir’aun hingga menenggelamkannya ke dasar Laut Merah. Jika sekiranya harta yang
melimpah adalah lambang kesuksesan, maka menurut saya Qarun adalah manusia paling
sukses sepanjang sejarah manusia. Jumlah hartanya tak terhitung banyaknya. Tapi
kemelimpahan harta telah menuntun Qarun menjadi orang yang sombong hingga
menenggelamkannya ke dalam tanah beserta harta-hartanya. Dan jika sekiranya
popularitas adalah kesuksesan paling berharga, maka bisa jadi Michael Jackson
adalah salah satu nominatornya. Akan tetapi sejarah juga merekam dengan apik
akhir cerita dari artis papan atas dunia tersebut. Beliau menutup karirnya
dengan kisah yang kurang sedap kita cerna.
Bagi
saya sukses itu adalah saat dimana saya bisa memberikan manfaat kepada orang
lain. Saat dimana saya mampu melukis senyuman orang-orang sekitar. Sederhananya
definisi sukses itu saya formulasikan dalam sebuah cita-cita : “Mari kita buat Indonesia tersenyum”.
Sekalipun itu hanya ide dan aksi yang faqir makna dan apresiasi, tapi jika
mampu berkontribusi untuk senyuman Ibu Pertiwi, itulah kesuksesan yang saya
pahami.
Salah
satu pencapaian yang saya nilai sebagai kesuksesan terbesar yang pernah saya
raih adalah bisa menjalani kegiatan internsip
di pulau perbatasan paling utara bumi Khatulistiwa. Kegiatan internsip
merupakan sebuah kegiatan yang diselenggarkan oleh Kementrian Kesehatan RI
sebagai sebuah tahapan yang harus dilalui oleh setiap fresh graduates dokter Indonesia untuk meningkatkan keterampilan
medis. Pada program internsip setiap
dokter yang telah lulus uji kompetensi lebih diutamakan untuk menjalani
kegiatan internsip di provinsi asal
universitasnya, namun juga diberikan kesempatan jika ingin menjalaninya di luar
itu. Maka dengan semangat garuda dan darah merah putih, saya memantapkan hati
untuk mengabdi di Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK).
Alhamdulillah Allah mengabulkan doa tersebut dengan memberikan kesempatan
mengabdi di Kepulauan Natuna.
Selama
di Natuna saya bisa menyaksikan dengan dekat dinamika kehidupan perbatasan Ibu
Pertiwi. Tentang pendidikan mereka, tentang kesehatan, sosialekonomi, agama, budaya,
nasionalisme, hukum, keamanan dan dimensi lainnya. Kesimpulannya adalah bahwa
mereka tidak seberuntung masyarakat kota. Terbatasnya akses pendidikan, layanan
kesehatan dan mobilitas. Kurang tercukupinya kebutuhan pangan dan sandang serta
harganya yang relatif tinggi. Belum lagi masalah nasionalisme yang untuk
sebagian penduduk masih relatif labil, yang menurut mereka bergabung ke negara
tetangga terasa akan lebih sejahtera.
Walau
bukanlah perubahan—perubahan besar, tapi saya yakin bahwa sekecil apapun ide
dan perbuatan, tetap saja dia adalah kepingan kerikil yang memiliki peran dalam
menyusun rumah peradaban. Alhamdulillah selama internsip Allah berikan
kesempatan untuk bisa menebar banyak manfaat di Natuna. Selain terlibat aktif
dalam berbagai kegiatan kesehatan, saya juga menjadi guru bimbingan
belajar SD, SMP dan SMA serta sering
melakukan kegiatan pembinaan karakter kepada pemuda disana. Menurut saya
investasi terbaik untuk generasi bangsa ini adalah pendidikan/ilmu pengetahuan.
Maka dengan segala keterbatasan, saya selalu berusaha agar bisa berkontribusi
aktif dalam dunia pendidikan. Menjadi penceramah agama di beberapa masjid di
Natuna juga saya lakoni dan bahkan saat Ramadhan diberikan kesempatan menjadi
salah seorang narasumber tetap pemberi taujih harian menunggu waktu berbuka
puasa di RRI Natuna. Untuk meningkatkan semangat kebangsaan masyarakat, saya
juga aktif dibeberapa kegiatan masyarakat, salah satunya adalah club sepeda.
Lewat klub sepeda ini kita mencoba membangun kecintaan akan keindahan negeri. Dalam
rangka HUT kemerdekaan RI ke-70 saya dipercaya memikul bendera Merah Putih
raksasa dan mengibarkannya di puncak tertinggi perbatasan paling utara bumi
khatulistiwa – Puncak Gunung Ranai, Kepulauan Natuna. Kegiatan ini didukung dan
dilepas langsung keberangkatannya oleh Komandan Pangkalan Militer TNI AL Natuna
beserta Bupati Natuna dan jajarannya.
Banyak
hal yang ingin saya tuliskan disini. Akan tetapi karena keterbatasan penulisan,
cukuplah semuanya saya simpulkan dengan ucapan terimakasih. Terimakasih kepada
rakyat Natuna karena telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyapa dan
berinteraksi lebih dekat. Bagi saya, sukses terbesar adalah saat diri ini bisa
bermanfaat bagi orang lain. Saat saya mampu melukis senyuman orang sekitar.
Wahai generasi muda. Salam semangat dan perjuangan untuk kita semua. Kelak,
bangsa ini akan semakin sadar bahwa kita adalah bagian dari generasi yang
dinanti-nantikan. Merdeka...!!!. Jaya Indonesia....!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar